Belajar Semangat dari Tukang Potong Rumput
REP | 03 March 2012 | 15:59
Dibaca: 207 Komentar: 4 Nihil
Sabtu ini akhirnya harus meliburkan diri,
walaupun dengan terpaksa karena tubuh yang tidak bisa diajak kompromi.
Setelah hampir 1 bulan terus masuk di hari sabtu, akhirnya tubuh
melancarkan protes, dan dengan terpaksa harus menghubungi rekan satu
kantor seraya minta maaf tidak bisa masuk jarena sakit.
Sebenarnya sudah dari 3 hari yang lalu
merasakan protes yang dilancarkan oleh tubuh, panas, pegal-pegal dan
pikiran yang sudah penuh sesak dengan berbagai macam urusan pekerjaan.
Walaupun masih banyak tanggung jawab yang harus dikerjakan, terpaksa
harus berhenti terlebih dahulu, membiarkan tubuh menikmati hak-nya,
beristirahat supaya kembali segar dan siap kembali.
Imbasnya adalah berada di rumah, menemani
anak bermain, selain menambah kedekatan, ternyata banyak hal yang bisa
dilakukan di hari libur akhir pekan. Terlihat rumput dihalaman sudah
mulai lebat, pertanda harus segera dipotong, supaya keindahannya tetap
terjaga. Ternyata sudah lebih dari 1 bulan rumput itu menikmati haknya
untuk tumbuh dan berkembang sebagai makhluk Tuhan, sekarang saatnya
menunaikan hak saya untuk memotong rumput, supaya keindahan tetap
terjaga, supaya tanaman lain juga bisa ikut tumbuh dan keseimbangan
kehidupan di rumah tetap terjaga.
Karena tubuh sedang sakit, dan sedikit demam,
saya memilih untuk menyerahkan urusan potong memotong rumput kepada
ahlinya, Tukang potong rumput. Orangnya cukup ramah, dan setelah
selesai baru tahu kalau kerjanya cukup rapi, rumput - rumput yang
tadinya panjang dan tumbuh tidak beraturan, dipotong dengan rapi,
walaupun hanya menggunakan alat potong manual.
Satu jam berlalu, setelah selesai
menyelesaikan tugasnya, tukang potong rumput saya ajak ngobrol, sambil
menikmati kopi panas. Mulai dari cerita-cerita ringan seputar dunia
potong memotong rumput, sampai ke darimana dia berasal dan kehidupan
sehari-harinya. Sekedar menambah keakraban sesama rakyat kecil, bukan
supaya dapat diskon dari jasa pembayaran potong rumput tersebut.
Ternyata tukang potong rumput itu berasal
dari Karawang, sekitar 2 jam dari Cikarang. Selain jasa potong rumput,
dia juga bisa mengerjakan pembuatan taman, dan perbaikan rumah. Multi
talent, walaupun masih dalam garis besar urusan keindahan rumah. Setiap
hari dia harus berangkat menggunakan angkutan umum, sebanyak 4X, jika
dihitung pulang pergi total 8X naik kendaraan umum. Jika 1x naik
kendaraan umum membutuhkan waktu 30 menit, total 4 jam yang harus
dihabiskan di jalan.
Menjemput rejeki, itu yang dilakukan oleh si
tukang potong rumput. Sama seperti penulis dan orang-orang yang setiap
hari harus berangkat ke kantornya, jarak tempuhnya mungkin sama, tapi
soal perjuangan dan semangatnya menjemput rejeki, sungguh jauh berbeda.
Tanpa ada kepastian mendapatkan penghasilan, si tukang potong rumput
tetap bekerja,. Sakit dan rasa malu mungkin sudah tidak dihiraukannya
lagi, terkalahkan oleh tanggung jawab memberi kehidupan kepada
keluarganya.
Tapi sepertinya dia bahagia dengan rutinitas
tersebut, terlihat dari cara bercerita dan semangatnya mengutarakan
sesuatu. Walaupun dengan penghasilan yang tidak tentu, tanpa ada jaminan
setiap hari mendapatkan uang yang sama, hari-harinya dihabiskan dengan
berkeliling di perumahan tempat tinggal penulis, mencari rumah dengan
pemilik seperti saya, yang membutuhkan jasa potong rumput.
Si Tukang potong rumput tidak mendapatkan
gaji bulanan, tidak berhak atas jaminan kesehatan di perusahaan, tapi
sikap dan etos kerjanya mungkin lebih baik dari kita, yang setiap bulan
menerima gaji bulanan dan berbagai macam fasilitas lainnya. Yang jika
rasa malas muncul, akhirnya mengambil cuti tidak masuk kerja. Atau
dengan cara yang sedikit curang, pura-pura sakit dan pergi ke dokter
demi mendapatkan surat sakit, padahal mungkin hanya sedikit saja
sakitnya.
Kalau Si Tukang potong rumput tidak mengeluh
dan tetap semangat dalam bekerja setiap hari, seharusnya kita juga sama,
atau malah harus lebih bersemangat dalam bekerja sehari-hari.
Hari ini belajar dari Tukang potong rumput,
terima kasih banyak, selain keseimbangan tanaman di rumah saya kembali
terjaga, semangat dan kerja kerasnya juga menginspirasi orang-orang
seperti saya.